Loading...
Senin, 17 November 2014

Tetembangan P U C U N G


01
Ngelmu iku, kalakone kanthi laku, lekase
lawan kas, tegese kas nyantosani, setya
budya pangkese dur angkara.
(Orang mencari ilmu itu harus melalui lelaku,
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh,
bisa mendapatkan kesentosaan, dan
menyingkirkan angkara murka.)
02
Angkara gung, neng angga anggung
gumulung, gogolonganira triloka, lekere
kongsi, yen den umbar ambabar dadi rubeda.
(Perbuatan angkara murka yang besar, di
dalam diri semakin menggunung. Sesuai
dengan golongannya, jangkauannya meliputi
alam semesta, bila tidak dikekang akan jadi
malapetaka.)
03
Beda lamun, kang wus sengsem reh
ngasamun, semune ngaksama, sasamane
bangsa sisip, sarwa sareh saking mardi marto
tama.
(Berbeda dengan orang yang terbiasa dengan
kehidupan sunyi. Dari wajahnya
mencerminkan pemberi maaf, kepada
sesamanya yang bersalah. Selalu tenang dan
sabar dan bermurah hati.)
04
Taman limut, durgameng tyas kang weh
limput, kereming karamat, karana karohaning
sih, sihing Sukma ngreda sahardi gengira.
(Sama sekali tak tergoda. oleh rintangan
dalam hati yang menimbulkan khilaf. Karena
tenggelam dalam keluruhan budi, karena
anugerah Tuhan. Anugerah yang melimpah
sebesar gunung.)
05
Yeku patut, tinulad-tulad tinurut,
sapituduhira, aja kaya jaman mangkin, keh
pramudha mundhi dhiri lapel makna.
(Seperti itulah yang patut ditiru seluruh
petunjuknya Jangan seperti masa mendatang,
banyak kawula muda yang menyombongkan
diri, hanya sekedar tahu ayat saja.)
06
Durung pecus,kesusu kaselak besus,
amaknani lapal, kaya sayid weton Mesir,
pendhak-pendhak angendhak gunaning
janma.
(Tidak becus, sudah berlagak ingin
menerangkan makna ayat, gayanya seperti
sayid dari Mesir. Seringkali meremehkan
kepandaian orang lain.)
07
Kang kadyeku, kalebu wong ngaku-aku, akale
alangka, elok Jawane denmohi, paksa
ngangkah langkah met kawruh ing Mekah.
(Yang seperti itu, termasuk orang yang
mengaku-aku kepandaian orang lain,
kepandaiannya sendiri tak ada. Anehnya tidak
menyadari kebudayaan sendiri, memaksakan
kehendaknya mengambil pengetahuan dari
Mekah.)
08
Nora weruh, rosing rasa kang rinuruh,
lumeketing angga, anggere padha marsudi,
kana-kene kaanane nora beda.
(Tidak tahu, bahwa inti ilmu yang dicari,
sebenarnya melekat erat dalam dirinya
sendiri. Asalkan diolah dengan kesungguhan
hati, dimana pun baik di sana (Mekah )
maupun di sini (Jawa) keadaannya tidak
berbeda.)
09
Uger lugu, den ta mrih pralebdeng kalbu, yen
kabul kabuka, ing drajat kajating urip, kaya
kang wus winahyeng sekar srinata.
(Bila apa adanya, yang dilakukan dalam
meraih kehendak hati dengan jujur. Jika
terkabul pastilah terbuka, pintu drajat yang
dihajatkan dalam kehidupan. Seperti yang
telah dipaparkan dalam pupuh lagu Sinom.)
10
Basa ngelmu, mupakate lan panemu, pasahe
lan tapa, yen satriya tanah Jawi, kuna-kuna
kang ginilut triprakara.
(Perihal ngelmu, diselaraskan dengan
pengalaman, mendalaminya dengan bertapa
(olah samadhi), bagi para ksatria di tanah
Jawa. Sejak dulu dilaksanakan dengan
berpegang pada tiga hal penting.)
11
Lila lamun, kelangan nora gegetun, trima yen
kataman, sakserik sameng dumadi, trilegawa
nalangsa srahing Batara.
((ketiga hal itu adalah) Rela, ketika kehilangan
sesuatu tidak merasa menyesal, (kedua) Sabar
bila terkena prasangka dari sesama insan.
Yang ketiga tulus ikhlas berserah diri pada
Tuhan.)
12
Batara gung, inguger graning jajantung, jenak
Hayang Wisesa, sana paseneten Suci, nora
kaya si mudha mudhar angkara.
(Tuhan Yang Maha Agung, selalu ditempatkan
di puncak jantungnya (berzikir). Atas ridho
Yang Maha Kuasa, berkenan bersemayam di
tempat yang suci. Namun tidak demikian
dengan anak muda yang mengumbar
angkara.)
13
Nora uwus, kareme anguwus-uwus, uwose
tan ana, mung janjine muring-muring, kaya
buta-buteng betah nganiaya.
(Tidak ada habisnya, sellau mengumbar hawa
nafsu, yang hakekatnya tidak ada, adanya
selalu marah-marah, layaknya raksasa yang
cepat naik pitam dan suka menganiaya.)
14
Sakeh luput, ing angga tansah linimput,
linimpet ing sabda, narka tan ana udani,
lumuh ala ardane ginawe gada.
(Banyak kesalahan, pada dirinya
disembunyikan dan ditutupi. Menurut
pendapatnya tidak akan ada yang
mengetahui, meskipun demikian tidak mau
disalahkan. Apabila ada yang membuka sifat
jahatnya, amarahnya-lah yang menjadi
senjata.)
15
Durung punjul, ing kawruh kaselak jujul,
kaseselan hawa, cupet kapepetan pamrih,
tangeh nedya anggambuh mring Hyang
Wisesa.
(Belum mencapai tingkat yang lebih dari
orang lain, dalam pengetahuannya sudah
tidak mampu menerima tambahan ilmu.
Karena disela-sela pikirannya telah dipenuhi
hawa nafsu, hingga pikirannya menjadi
pendek tertutup oleh pamrih. Maka mustahil
jika hendak mendekatkan diri pada Yang
Maha Kuasa.)

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP